• Arsip Posting Blog Ini

  • Assalamu’alaikum Saudaraku

    Selamat Datang Di Gubug Maya milikku, Sebagai tamu adalah suatu kehormatan bagi saya untuk menjamu anda dengan tulisan-tulisan saya yang kurang berilmu. Komentar Anda Adalah Bentuk Perhatian Anda Bagi Kami Terima kasih Kunjungannya
  • Makna Hidup !!!!!

    Katika kita lahir, kita menangis dan semua orang tertawa melihatnya maka ketika kita mati, seharusnya kita buat mereka menjadi menangis melihat kita dan kita tertawa karena melihat syurga sesaat sebelumnya
  • Kata Mutiara

    Orang Cerdik Adalah orang yang selalu menjaga dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati, Orang Kerdil adalah orang yang hanya menuruti hawa nafsunya tetapi ia mengharapkan berbagai harapan pada Allah (HR Turmudzi)
  • Halaman yang ada

  • Hisab Bernilai BENAR jika telah jatuh Rukyah

  • Islam Rohmatan Lil’Alamin

    Jangan Membuat Sulit Pengamalan Islam Karena Islam Itu Mudah dan Memudahkan
  • Hikmah

    "Orang yang kaya beramal dengan hartanya, Orang miskin beramal dengan kesabarannya"
  • Istiqomah!!!

    Kadang apa yang kita lakukan tiada menghasilkan apapun kecuali kepenatan, tapi keistiqomahan akan berbuah dan buah istiqomah itu tidak lain adalah sebuah kebahagian
  • Tebarkan Kebaikan

    Silahkan ambil artikel atau apapun di situs ini tanpa harus meminta ijin namun menyertakan link balik ke situs ini sebagai wujud etika berjaringan. Terima kasih telah berbagi ilmu dengan saya
  • Total Pengunjung yang Pernah Singgah

  • Yang Sedang Online(s)

  • Jalin Silaturahim Lewat Jaringan Silahkan Klik

    Gak Bisa di Klik??? Langsung aja add radenmas_surya
  • Hati dan Cahaya Ke-Maha Agung-an Allah

    "tidak akan cukup untuk menampung Ku Langit Ku dan Bumi Ku itu, yang cukup menampung Ku adalah jiwa hamba Ku yang beriman" (hadist Qudsi)
  • Rumusan Tulisan

Sebenarnya Siapa Sich yang Ketinggalan Jaman???

Nach ini dia yang bikin kita bertanya-tanya, otak siapakah bautnya kendor???

Sering kita jumpai teman-teman kita yang suka berbuat maksiat atau apalah namanya berdalih biar gaul, gak ketinggalan jaman, dan sebagainya. Apalagi kalo mereka kebetulan ngajakin kita, pasti iming-imingnya gaul, dan biar gak ketinggalan jaman dan semacamnya. Ini sangat ironis, lucu, aneh, dan membuat kita berfikir sebenarnya otak mereka kenceng semua gak sich bautnya.

Kita sering dengar mereka yang mabuk bilang, biar gaul, biar banyak teman dan biar gak ketinggalan jaman padahal nyatanya bagi orang yang masih kencang baut otaknya pasti bilang itu kebalik, salah, dan tidak benar. Gimana tidak, perbuatan mabuk-mabukan itukan perbuatan orang-orang jahiliyah, bahkan sebelum tahun masehi bergulir. Lha kok malah bilang dengan bangganya kalo yang mereka lakukan itu biar gak ketinggalan jaman. Kacau gak tuch cara berfikir mereka???

Yang paling payah lagi mereka yang hidup dalam komunitas homoseks, katanya mereka inilah gaya seks masa depan, gak perlu takut hamil atau dituntut bertanggung jawab karena menghamili. Waduch bagaimana cara mereka ini berfikir, atau mungkin mereka ini benar-benar orang-orang yang gak tau sejarah kali ya??? Padahal yang begituan kan udah dari dulu ada, udah kampunganlah istilahnya. Ummat yang ngelakuin aja udah musnah dari bumi ini, eh malah kita kok ikut-ikutan, tepok jidat n ngelus dada dech gue. Bukankah kaum Sodom, itu sudah lebih dulu ngelakuin homoseks ketimbang kita dan semua tahu kalau akhirnya mereka dimusnahkan dari bumi tanpa sisa. Tapi sekarang, kita malah ikut-ikutan kaum yang sudah dimusnahkan apa itu namanya gak ketinggalan jaman!

Yang hebat lagi sekarang mereka inilah yang dianggap orang-orang yang gaul, yang gak ketinggalan jaman dan yang selalu update. Waduch dunia sudah kebalik ternyata, yang ketinggalan jaman malah di anggap up to date. Kalo mau yang up to date itu Al-Islam, karena inilah syariat tersempurna yang diturunkan paling terkahir yang menyempurnakan syariat-syariat sebelumnya. Dan jelas dalam benak semua orang kalau yang terakhir itulah yang up to date. Bukan produk rekondisi yang sudah jelas barang bekas.

Kalo kita mau up to date, gaul, gak ketinggalan jaman ya jalankan syariat islam dengan benar, tinggalkan itu mabuk, judi dan sejenisnya yang sudah kadaluarsa dan sudah tidak layak diamalkan. Sudah saatnya kita berfikir rasional tentang hal ini, bukan berfikir feodal seperti mereka yang melakukan hal tersebut. Jangan sampai kita terjebak dalam fikiran kolot mereka dan malah berfikir sama seperti mereka, kalo kita berfikir seperti mereka berarti anda perlu servis otak dan minta dikencangkan baut-baut otak yang kendor biar kerja otak lebih optimal dan rasional.

Jangan sampai kita salah dalam bergaul dan malah terjerumus dalam pergaulan yang salah kaprah seperti diatas. Mending kita bergaul dengan orang-orang yang ahli ibadah, rajin sholat dan sebagainya yang sudah jelas otak mereka itu yang normal. Kalau sekiranya karena suatu sebab atau hal yang membuat kita bergaul dengan mereka maka berpeganglah dengan erat-erat tali Allah dan jangan sampai kita terpedaya dengan bujukan mereka. Karena Allah sudah menjanjikan bagi mereka itu neraka yang siap memakan mereka semua. Jangan sampai kita menjadi menu makan neraka, karena kita tidak akan kuat walau betapa kuat seperti apapun kita di dunia.

Allah telah mengharamkan bagi mereka yang meminum khomer mencium bau syurga padahal bau syurga itu bisa tercium dari jarak yang sekian dan sekian jauhnya. Bila kita sudah pernah mencoba cepat-cepatlah bertaubat, jangan samapi kita tidak bisa mencium bau syurga apalagi memasukinya.

Semoga dapat bermanfaat, Allahu’alam. Afwan

Kenapa Bayi Waktu Lahir Menangis ?????????

Ini nich yang buat orang penasaran, kenapa sich bayi kok kalo lahir nangis??? Tapi jangan suruh saya yang belum menikah ini apalagi punya anak disuruh menjelaskannya secara medis…….maaf bukan dokter.

Saya menjelaskan berdasarkan hadist yang saya dengar (karena lewat Radio) dalam rubrik “Nasiulam” Ben’s Radio (106.2 FM Jakarta). Menurut hadist yang termaktub dalam kitab Mukhtal Al-Hadist An-Nabawiyah Wa Ikhkamil Muhammadiyah (Maaf kalo salah nulis) pada bahasan hadist yang dimulai dari huruf “kaff” disebutkan bahwa saat manusia lahir ia disentuh oleh syetan kecuali Nabiyullah Isa dan Siti Maryam As. Masih menurut beliau (Ustadz H. Drs Abdul Hay) Inilah yang menyebabkan bayi menangis ketika dilahirkan.

Bayangin aja bocah yang masih orok yang belum ada dosanya harus melihat makhluk sejelek syetan ketika lahir. Siapa yang gak ketakutan coba, kita aja yang sudah segede gini kalo ngomongin syetan atau hantu atau apalah yang berhubungan dengan alam ghoib kadang merinding. Padahal kita gak ngelihat tuch semua, tapi kita langsung merinding apalagi bayi yang berhadapan langsung. Betapa kaget dan takutnya ia melihat yang demikian, maka pantaslah ia menangis. Malahan masih kata beliau kalo misal tidak nangis itu kemungkinan ia menjadi bisu dikarenakan ketakutan yang berlebihan sehingga suaranya tidak keluar.

Tapi kenapa kita sekarang malah keasikan ya kalo disentuh (digoda) setan untuk melakukan maksiat, perlu belajar dari bayi nich kayaknya…….tapi jangan kita menjadi orok kembali, ntar bukan kasih sayang yang didapat malah bisa-bisa sapu emak yang nyasar ke muka kita. Berabe kan…………

Nach barulah setelah bayi itu bertemu dengan makhluk yang teramat cantik dan penuh kasih sayang, lalu ia ditimang dan disayang kemudian kasih asi barulah ia terdiam dan merasa tenang. Memang menurut yang saya ketahui bukan cuma syetan saja yang menemani bayi saat lahir tapi juga ada malaikat dan jin, tapi disini saya hanya fokus kepada syetan yang bikin bayi nangis,  gak bertanggung jawab banget tuch syetan, bikin nangis gak mau nenangin.

Tapi sedikit melenceng dari bahasan, darimana bayi tau kalo netek itu harus dihisap bukan ditiup??? Terus tak usah dituntun (diberitahu) letak makanannya kok bayi bisa tau ya tempatnya ditetek ibu, pertanyaan konyol yang memancing kita berfikir betapa Allah mencintai ciptaannya sehingga ia memberi ilham hidup kepada mereka.

Nach dihadist tersebut disebutkan Nabi Isa dan Siti Maryam tidak disentuh oleh syetan. Ini dikarenakan kemuliaan merekalah sehingga syetan tidak dapat menyentuh mereka, walau tidak disebutkan dalam hadist tersebut Nabi SAW juga termasuk yang tidak disentuh oleh syetan, ini menurut ustadz Abdul Hay yang diambil dari syarah kitab tersebut. Beliau SAW tidak menyebutkan belaiu sendiri dikarenakan ketawadhuan belaiu.

Allahu’alam, Semoga bermanfaat…….

Agama Kok di OBRAL???

Layanan SMS berlanggan sekarang banyak sekali bermunculan, mulai dari chating, biro jodoh, ramalan dan yang paling mengesankan adalah sms yang berisi hadist atau ayat-ayat Al-Qur’an. Bagaimana tidak, kita gak usah capek-capek membuka Al-Qur’an dan membaca tulisan Arab yang bagi sebagian orang susah. Kita hanya cukup membaca terjemah dari Al-Qur’an tersebut yang sudah ditranslate kedalam bahasa Indonesia. Hebat bukan???

Tapi tunggu dulu jangan berbangga dulu dengan hal itu. Satu hal yang saya tahu dari sms seperti itu adalah tarifnya yang sejagad alias seabrek. Bayangin tarifnya rata-rata mencapai antara 1000 bahkan 2000 rupiah untuk satu ayat atau hadist. Wach……….mahal abis!!! Ini membuat kita berfikir, apa yang sebenarnya penyedia layanan ini inginkan??? Membantu syiar islam ataukah hanya mencari keuntungan???

Mengutip dari Shohabat Umar bahwa kita tidak usah berfikir tentang apa yang ada dalam hati seseorang karena hati itu hanya si fulan dan Allah-lah yang tau. Maka jika saya lihat dari tarif yang sebegitu mahalnya itu menjadi berpotensi menjual agama, ayat-ayat Allah dan hadist Nabi demi keuntungan semata. Ini sungguh mencenangkan, dimana Allah menegaskan untuk tidak menjual agama dan ayat-ayat Allah dengan harga yang murah eh malah dilanggar.

lagi pula bila kita ikut layanan demikian, itu justru malah membuat kita bersikap boros. Bayangin aja sehari kita harus mengeluarkan minimal 2000, belum lagi kalo kita telpon, sms dan sebagainya walaaaaahhhhh bisa nyampe banyak banget dech. Itu jelas membuat pengeluaran kita bertambah, padahal kita tau sekarang lagi “KRISIS GLOBAL” jadi tambah ribetkan ngatur uangnya?

lagian ngapain coba ngikut gituan, sementara yang gratis dirumah, yang tinggal buka, tinggal baca sudah ada. Saya yakin disetiap rumah pasti ada Al-Qur’an kecuali yang tidak punya tentunya. Nach kita baca aja itu, lebih manfaat lagi dan lebih berpahala. Bayangin aja kebaikan dihitung perhuruf arab, ini yang saya tau karena setahu saya tidak ada hadist atau apapun yang menunjukkan kebaikan itu dihitung berdasarkan abjad latin. Bila ktia mau terjemahan dari tiap ayat dalam Al-Qur’an ya tinggal beli aja Qur’an yang ada terjemah langsung…..malah lebih bagus lagi kan, anda membacanya sekaligus mengerti makna (arti) dari yang anda baca.

Jadi gak usah tuch ikutan layanan yang membuat kantong jebol apalagi bermoduskan agama. Ini bisa berpotensi menjual Agama dengan harga murah. Karena anda semua tau kan tarif sms yang sebenarnya itu berapa??? Tapi itu semua kembali kepada anda sendiri saya hanya mengemukan pendapat dengan sedikit memaksakan pemikiran saya.

Maaf kan jika kurang berkenan, Semoga bermanfaat, Allahu’alam

Idul Fitri Kembali Suci atau Kembali Makan???

Sudahkah kita menjawab pertanyaan di pembahasan sebelumnya, yaitu “Apakah kita memilih makna kembali suci (fith-rah) ataukah kembali makan (fith-run)?”

Kemungkinan besar kita akan memilih kembali fitrah atau menggabungkan kedua makna yang ada, di mana tetap terdapat makna kembali fitrah, entah apa pun alasannya—apakah karena ikut-ikutan saja atau benar-benar dari lubuk sanubari.

Apa pun argumentasi kita, sah-sah saja jika kita berkata bahwa kita telah kembali kepada fitrah. Namun, jangan kita lupakan bahwa ucapan ini harus dipertanyakan atau diuji. Pertanyaan berikutnya adalah, “Apakah kita yakin bahwa puasa, tarawih, tadarrus dan segenap ibadah kita lainnya di bulan Ramadhan diterima Allah SWT?”

Kita memang bertabiat sering GR (Gede Rasa). Ketika ada pembahasan tentang kebaikan, entah dari guru, ustadz, kyai, ajengan, buya, tuan guru, syaikh, ulama, da‘i atau buku, kita merasa sudah melakukan itu semua.

Kita merasa sudah menjalankan puasa Ramadhan dengan sangat baik, bahkan khatam Al-Qur’an minimal sekali dalam bulan itu.

Kita merasa sudah melaksanakan shalat-shalat sunnah, yaitu Dhuha, Rawatib (Qabliyah dan Ba‘diyah), Ba‘dal Wudhu, Tahajud, Tahiyyatul Masjid, Tasbih, Witir dan shalat Mutlak yang tak ada batasan jumlah rakaatnya.

Kita merasa sudah banyak berdzikir menyebut asma Allah, juga membaca shalawat untuk junjungan kita Rasulullah Muhammad saw.

Kita merasa mendapatkan lailatul qadar karena kita senantiasa tarawih dan tidak lupa i‘tikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.

Sebaliknya, tatkala ketidakbaikan diceritakan, serta merta kita berkata pada diri sendiri bahwa pelakunya bukanlah diri kita. Malah, kita sibuk mencari siapa yang melakukan ketidakbaikan itu. Sungguh, kita memang mudah terjangkit penyakit ‘ujub (membangga-banggakan amal ibadah sendiri). Na‘ûdzubillâh.

Seorang dokter mengatakan bahwa “merasa” itu menguatirkan. Seseorang yang merasa diri sehat, kemungkinan bisa terjangkit banyak penyakit, misalnya darah tinggi, kolesterol, asam urat, liver dan lainnya.

Begitu pula jika kita merasa diri baik dan benar, bisa jadi di dalam diri kita justru banyak sekali pintu-pintu yang sudah dimasuki dan dihuni oleh setan dan kawan-kawannya.

Seorang ulama menasihatkan, “Kita sering menggunakan ruas-ruas jemari tangan, tasbih atau sejenisnya, untuk menghitung berapa banyak dzikir yang sudah kita lafalkan. Pernahkah dengan alat yang sama, kita menghitung berapa banyak kata-kata tidak berguna, tidak santun, kasar apalagi sia-sia yang telah kita ucapkan?”

Mungkin kita bertanya, “Jika kita tidak diperbolehkan merasa semua ibadah kita diterima, apakah kita harus merasa segala ibadah kita ditolak? Bukankah hal ini akan membuat kita malas beribadah bahkan bisa menjurus kepada keputus-asaan?”

Kita juga tidak diperkenankan merasa semua ibadah kita tidak diterima dan segala dosa kita tidak diampuni. Yang harus dimiliki adalah rajâ’ dan khawf haruslah seimbang. Rajâ’ adalah pengharapan untuk mendapat pengampunan dan rahmat Allah. Adapun khawf yaitu takut kepada Allah atau kuatir jika dosa-dosa kita tidak diampuni dan ibadah kita ditolak.

Abu Ali ar-Rudzabari menganalogikan rajâ’ dan khawf bagaikan dua sayap burung. Apabila dua sayap itu sama (seimbang), maka burung itu akan seimbang dan terbang dengan sempurna (baik).

Tentang keseimbangan ini, diriwayatkan bahwa Sahabat Ali bin Abi Thalib kw. pernah memberi nasihat kepada salah satu putera beliau,

“Wahai anakku, takutlah kepada Allah, dengan menganggap bahwa Allah tidak akan menerima kebaikanmu walaupun kebaikanmu itu mencapai seluruh kebaikan penghuni bumi.
Berharaplah kepada Allah, dengan menganggap bahwa apabila dosa kamu sebesar dosa seluruh penghuni bumi dan memohon ampunan dari Allah, maka Allah akan mengampuninya.”

Lalu, apa barometer bahwa puasa kita diterima Allah? Ukuran yang pasti hanya Allah Yang Maha Tahu. Namun, salah satu hal yang bisa kita jadikan rujukan adalah keadaan kita kembali seperti bayi lagi.

M. Quraish Shihab menerangkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan ke-9 menurut kalender Hijriyah. Sebagaimana kehamilan, maka setelah melewati bulan ke-9 sang jabang bayi akan lahir. Oleh karena itu, setelah Ramadhan, kita harus mengupayakan diri seperti bayi lagi, sebagaimana sebagaimana tercantum dalam sebuah penggalan hadits :

فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ احْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ الذُّنُوبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

Maka siapa berpuasa dan qiyam Ramadhan karena iman dan semata-mata karena Allah, maka ia keluar dari dosa-dosanya sebagaimana pada hari ia dilahirkan oleh ibunya. (HR Ahmad)

Apa pula parameter yang bisa kita jadikan ukuran bahwa kita kembali seperti bayi? Seorang Ibu Nyai menjelaskannya secara sederhana sekali, tidak perlu banyak atribut, aksioma maupun algoritma. Salah satu ciri utama yaitu, “Jika kita seperti bayi, maka apa pun yang kita ucapkan membuat orang lain bahagia mendengarnya.”

Tidakkah kita lihat bahwa apa pun celoteh bayi akan membuat orang-orang di sekitarnya tersenyum, ceria, gemes dan bahagia? Sudahkah kita seperti ini?

Daftar Pustaka :

*
Abul Qasim Abdul Karim Hawazin al-Qusyairi an-Naisaburi, asy-Syaikh, “Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawuf (Ar-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi at-Tashawwuf)”, Pustaka Amani, Cetakan I : September 1998/Jumadil Ula 1419
*
Salim Bahreisy, “Tarjamah Tanbihul Ghafilin (karya Syaikh Abul Laits as-Samarqandi) – Peringatan Bagi Yang Lupa – Jilid 1 dan 2”, PT Bina Ilmu
*
Maktabah Syamilah

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin…#

di copy dari http://achmadfaisol.blogspot.com

Aplikasi Ilmu dan Bid’ah

Sudah membaca tulisanku yang sebelumnya tentang bid’ah? bila belum maka bacalah dulu sebelum anda membaca tulisan ini.

Bila kita mau umpamakan maka saya akan mengumpamakan Al-Qur’an itu sebagai ilmu murni, dan hadist-hadist Rasul itu merupakan ilmu terapan dari ilmu murni tersebut. Maka aplikasi dari ilmu terapan yang berdasarkan pada ilmu murni adalah amalan-amalan kita baik dalam ibadah maupun dalam muamalah. Ketika amalan yang merupakan aplikasi itu diterapkan dalam muamalah maka tidak akan mejadi suatu perdebatan baik ditingkat ulama lebih-lebih ditingkat ummat yang sering menimbulkan perpecahan. Tapi jika aplikasi itu dijabarkan dalam bentuk peribadatan, maka akan muncul perbedatan dan perbedaan pendapatan tentang amalan tersebut.

Sebagai contoh yang mudah adalah pembacaan yasin selama tujuh (7) hari untuk orang yang baru meninggal ataupun yasinan rutin bergiliran yang biasa dilakukan pada malam jum’at oleh masyarakat (jawa khusus), yang sebagian mengatakan sesat sesungguhnya adalah sebuah aplikasi dari penggabungan berbagai macam ibadah yang digabungkan hingga terciptalah yasinan tersebut. Diantara yang digabungkan itu adalah membaca Al-Qur’an (Surah Yasin), Sodaqoh (memberikan sajian kepada yang hadir) dan Mendo’akan ahli kubur untuk meringankan siksa kubur mereka. Mungkin akan ada yang bilang kalau Yasinan untuk orang yang baru meniggal itu justru menambah beban bagi keluarga yang baru saja tertimpa musibah (meninggal dunia). Mungkin anda belum pernah berkunjung ke Desa saya, atau mungkin anda kurang dalam melakukan observasi, karena yang terjadi sesungguhnya, bila yang ditinggal (meniggal dunia) adalah keluarga kurang mampu maka tetangga-tetangga dan masyarakat sekitar membantu dengan memberikan santunan dan makanan, sehingga bisa digunakan untuk menjamu tamu yang hadir. Lagi pula, adakalanya masyarakat melakukan yasinan tersebut tidak full tujuh (7) hari sebagaimana yang saya jelaskan. Tapi kadang hanya menghadirkannya pada awal dan pada hari ke-7 (tujuh) setelah meninggal.

Ataukah kita tidak melihat bagaimana pesawat terbang diciptakan? Pernahkah anda membaca referensi dibuku ilmu fisika tentang membuat pesawat terbang pada jaman dahulu? Lalu apakah anda akan menganggap bahwa pesawat terbang itu bukan bagian dari ilmu fisika? Padahal kita tahu sekali bahwa prinsip pembuatan pesawat terbang adalah ilmu fisika yang disebut dengan aerodinamika. Yang disana tercakup berbagai bahasan tentang sifat udara, tekanan dan gaya angkat. Yang kesemua itu menjadi dasar bagi orang yang berilmu untuk membuat pesawat pada awalnya.

Begitupula amalan-amalan yang selama ini dituduhkan Bid’ah dan sesat, yang sebenarnya adalah aplikasi dari ilmu-ilmu baik murni (Al-Qur’an) dan terapan (Al-Hadist) yang kemudian oleh orang-orang yang berilmu dibuat kepada amalan yang lebih indah dan sesuai dengan keadaan masyarakat. Bukan suatu yan sesat sebagaimana yang telah dituduhkan. Bukankah Imam An-Nawawi pernah berkata :” Sesuatu yang baru adalah bid’ah, ada yang baik(hasanah) dan ada yang buruk(dholalh)” maka dari itu memang benar bahwa apa yang mereka dan saya amalkan adalah suatu bid’ah namun bila bid’ah itu sesuai dengan syar’i bukankah tidak dapat dihukumi dengan bid’ah? sebagaimana yang tersurat dalam hadist “Kullu Bid’atin Dholalah”.

Maka dari itu mengutip pesan dari Bapak Faisol dalam blognya “Semoga Allah melembutkan dan menyatukan hati semua umat Islam” agar dapat menerima dan menghargai perbedaan ini, namun seharusnya perbedaan ini tidak menjadikan terpecahnya ummat islam tapi menjadi pemersatu kita dalam satu pohon yang besar yaitu Al-Islam yang bersumber dari akar yang sama yaitu Al-Qur’an dan Al-hadist. Allahu’alam

Demikian dari saya, Segala kebaikan itu bermuara pada Allah dan kekurangan itu karena kurangnya ilmu saya selaku penyaji. mohon maaf jika tidak berkenan, Semoga dapat diambil manfaat.

Sudahkah Kita Bersyukur Hari Ini???(2)

Pernahkah anda membayangkan saat anda terbangun, tiba-tiba mata anda lelah untuk melihat dan menjadi buta. Lalu telinga anda malas mendengar sehingga anda menjadi tuli dan bisa dibayangkan jika anda terbangun kaki anda sudah lelah dan payah karena terus anda paksa ia untuk memenuhi hasrat nafsu anda. Lalu apakah guna harta yang anda kumpulkan tanpa itu semua?

Saya yakin bila anda mampu mengembalikan semua nikmat itu dengan harta yang anda miliki niscaya anda akan mengeluarkan semua harta demi untuk mengembalikannya. Anda rela membuang semua harta yang anda miliki demi kembalinya nikmat-nikmat itu. Lalu kemanakah nafsu kepada harta yang kemarin anda umbar itu? Kemana umbaran anda saat sehat dengan nikmat yang lengkap kemarin?

Harusnya kita tau jikalau semua nikmat yang diberikan oleh Allah dengan gratis (free) gak perlu bayar itu, tidak untuk disia-siakan. Setiap nikmat itu menuntut kita untuk mensyukuri dan menggunakannya untuk mendekat kepada Allah. Semua yang terima adalah karunia yang diberikan Allah secara cuma-cuma namun Allah memberi pesan kepada kita untuk mensyukurinya agar Allah menambahkan nikmatnya. Cara bersyukur kepada Allah tidak hanya dengan mengucap “Alhamdulillah” semata lalu habislah perkara, tidak demikian!

Mata yang Allah berikan kepadamu dengan cuma-cuma itu berharap engkau dapat memperhatikan setiap penciptaan, keagungan, mentadaburi setiap ciptaan Allah yang Maha Dahsyat. Mata itu juga berharap dapat melihat untaian syair cinta (Al-Qur’an) dari Sang Robbul Izzati. Yang nantinya berduet dengan mulut dan lidah untuk dapat membaca syair cinta itu. Telinga ini juga berharap kepadamu agar engkau gunakan ia untuk mendengarkan seruan Allah, Kalimat-kalimat Allah dan Mendengarkan Pesan-pesan dari para Ustadz dan Kyai.

Kita harusnya malu sebagai makhluk yang diberikan titipan namun tidak menggunakannya sesuai amanat yang memberi titipan itu. Bila anda meminjam suatu barang dari orang lain, saya yakin bila anda seorang yang amanah pasti akan menjaga barang tersebut agar tetap utuh dan agar orang yang meminjami anda senang dan berharap mau meminjami barang yang lainnya dikala yang lain kepada anda. Begitu pula Allah telah meminjami anda penglihatan, pendengaran pikiran dan nikmat yang lain, yang kesemuanya itu harusnya anda jaga dan rawat sebagaimana yang Allah amanatkan. Dengan begitu dilain hari jika anda butuh sesuatu dari Allah, maka Allah dengan senang akan meminjamkan nikmat yang lain kepada anda.

Bagaimana do’a anda bisa dikabul, jika amanat yang melekat saja belum bisa diemban. Bagaimana permintaan anda diijabah jika yang telah anda miliki tidak bisa anda hargai. Jangan salahkan Allah jika do’a anda lambat terangkat dan lambat pula dikabulkan karena sebenarnya anda yang membuat do’a anda tertahan dan lambat. Akhirnya semua yang kita lakukan itu akan kembali kepada kita kesudahannya.

Semoga dapat memberi manfaat, dan jangan lupa untuk membaca sudahkah kita bersyukur hari ini??? karena tulisan ini hanya menambah dari apa yang sudah tertulis disana.

Allahu’alam, Afwan!

Sudahkah Kita Bersyukur Hari Ini???

Coba anda hitung berapa nikmat yang Allah berikan mulai dari anda bangun tidur hari ini! Ketika anda terbangun, anda masih dapat bernafas, jantung anda masih berdetak, darah anda masih mengalir, mata anda masih melihat, telinga anda masih mendengar dan semua kenikmatan yang tak bisa terhitung jumlahnya. Maka dari itu dengan banyaknya nikmat yang Allah berikan, sudah sepatutnya sebagai makhluk yang diberi nikmat kita harus bersyukur jika tidak mau dianggap sebagai makhluk yang kufur.

Namun banyak manusia yang lalai dalam bersyukur dan terhalang karena terlalu bersuka cita terhadap nikmat yang Allah berikan. Meraka itulah yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai makhluk yang kufur yang ia mendapat nikmat namun tiada bersyukur. Mereka itulah yang akan mendapat janji Allah atas kekufuran mereka. Allah telah menjanjikan siksaan yang pedih bagi mereka sebagaimana yang sering kita dengar “Barang siapa yang bersyukur maka Allah akan menambahkan nikmat-Nya dan barang siapa yang kufur maka siksa Allah teramat pedih” begitu Ustadz sering berkata dalam kajiannya.

Mata kita yang darinya kita terbebas dari kebutaan adalah nikmat dari Allah, dan telinga yang mencegah kita dari tuli juga nikmat dari-Nya, dan Otak (pikiran) yang sehat yang menjauhkan kita dari kegilaan yang menghinaan adalah nikmat dari-Nya, “Maka nikmat Tuhan kamu makakah yang kamu dustakan?” padahal semua yang ada didalam dirimu adalah nikmat dari-Nya bahkan kesehatan yang kadang tiada kau sadari sebagai nikmat pun adalah merupakan nikmat dari-Nya bahkan waktu luang yang kita sering sia-siakan adalah nikmat dari-Nya. “Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu Dustakan?”

Manusia sering lupa untuk bersyukur atas nikmat dari Allah, dan lalai dalam kesenagan. Rasul pernah berpesan kepada Shohabat bahwa nikmat yang sering dilupakan adalah Kesehatan dan Keluasan Waktu. Dan semua itu terbukti benar, karena kebanyakan orang baru sadar akan nikmat sehat setelah ia mendapat sakit dan nikmat lapang setelah datang masa sempit. Saya pun tidak memungkiri sering terlena dan lupa dalam bersyukur kepada Allah dan sering larut dalam kesenagan yang semu, maka dari itu saya menulis disini bukan untuk menggurui tapi lebih kepada saling mengingatkan.

Ada banyak cara dalam kita bersyukur dalam menanggapi nikmat yang Allah berikan. Salah satunya dengan menggunakan nikmat tersebut untuk berbuat kebaikan, menggunakan nikmat tersebut sebagai sarana untuk mendekatkan diri dan menghamba kepada Allah juga sebagai sarana mencari keridhoan dan cinta-Nya. Mata kita gunakan untuk mentadaburi keindahan dan ketinggian ilmu Allah, Ciptaan Allah yang sempurna dan mengambil manfaat dari apa yang kita lihat dan kita amati. Telinga kita gunakan untuk mendengarkan mauidhoh hasanah dari ustadz, kyai, ulama, habib dan mendengarkan alunan suci kalam Ilahi. Tangan kita gunakan untuk menyalurkan kebaikan, memberikan sodaqoh, menafkahkan harta dijalan Allah. Kaki kita gunakan untuk mendatangi majelis dzikir, ilmu dan ta’lim yang bermanfaat. Sehingga nantinya hidup kita menjadi lebih berarti dan bermakna.

Bukan cuma itu tapi kita juga bisa bersyukur dengan membagi nikmat yang kita dapat dengan orang lain, tentunya nikmat yang tidak melekat dibadan. Seperti harta, pakaian, kendaraan dan sebagainya. Mungkin kita tidak harus memberikan semua yang kita miliki, bahkan jika kita tidak suka memberipun kita masih bisa meminjamkannya demi membantu beban sesama tentunya. Bahkan Allah dan Rasul-Nya tiada pernah mempersulit hamba-Nya dalam mendekat kepadanya. Senyum yang tuluspun bisa bernilai syukur jika kita ikhlas memberikan demi menyenangkan hati saudara kita. Semua itu adalah jalan Syukur yang mudah dan tidak perlu menjadi kaya harta untuk melakukannya.

Semoga Dapat menjadi manfaat, Allahu’alam

Kisah Tak Tuntas……

Mentari masih dalam lelapnya, namun Akbar sudah bergegas membawa tas gendongnya. Dibelakang tasnya tertulis Universitas Negeri Jakarta, tapi ternyata ia tidak berangkat ke kampus itu tetapi justru pergi menuju sebuah agen Koran. Tampak ia sudah akrab dengan orang yang duduk dikursi depan itu, dan terlihat orang tersebut memberikan beberapa bendel Koran yang tampak masih baru. Akbarpun terlihat memasukan koran-koran itu dengan hati-hati kedalam tasnya.

Tak lama kemudian Akbarpun pergi dari tempat dan berjalan menuju perempatan lampu merah kelapa gading yang masih sepi, hanya ada dia dan seorang lainnya yang sama-sama membawa tas yang berisi Koran. Mereka tampak sangat akrab padahal sama-sama menjajakan Koran. Tidak ada greged persaingan diantara keduanya, malah orang tersebut tampak memberikan air minum kepada Akbar. Potret kehidupan kaum bawah memang indah, lebih indah dibanding para elit yang terdidik.

Haripun mulai bergeliat, tampak lalu lalang kendaraan bertambah banyak, Akbarpun dengan sabar menawarkan dagangannya bersama-sama rekan yang lain yang menyebar keberbagai sudut saat lampu merah menyala. Tak terlihat sedikitpun raut wajah kesedihan dalam diri mereka, justru bahkan canda dan tawa mereka yang kadang terdengar disela-sela waktu.

Setelah mentari agak tinggi, Akbar bergegas pulang, tampak beberapa koran masih tersisa ditasnya. Langkah kakinya yang masih kekar, terus berjalan menuju rumah kecil dikawasan kumuh. Ia pun disambut dengan senyuman oleh Ibunya yang telah menantinya dan dua orang adiknya yang masih sekolah dibangku SD yang sama-sama berjualan koran, namun ditempat yang berbeda. Mereka bukannya tidak masuk sekolah tapi mereka sekolah di SD petang. Akbar dan adiknya nampak menata sisa koran pagi ini untuk ditukar koran baru diesok nanti. Ibunya yang telah berumurpun menyuguhkan minuman untuk ketiga anaknya yang masih sibuk menata koran dan menghitung pendapatan hari ini.

Sejenak datang dalam pikirku, betapa tegarnya mereka. Akbar nampak menata sesuatu kembali kedalam tasnya, namun bukan koran. Sepertinya itu adalah buku, tapi untuk apa dia menata buku? Atau mungkinkah ia berjualan buku setelah berjualan koran? Tak lama kemudian iapun pamit kepada Ibunya, dengan pakaian yang lebih rapi, ia tak terlihat seperti anak dari keluarga kurang mampu apalagi seorang loper koran. Ia berjalan kearah kampus UNJ, apakah ia akan berjualan disana, pikirku. Tapi ternyata tidak, ia ternyata mengikuti progam kuliah terbuka yang diselenggarakan kampus itu. Dengan begitu Akbar bisa melanjutkan pendidikan tanpa dipusingkan dengan biaya kuliah yang seabreg.

Setelah malam iapun pulang kerumah, terdengar alunan nada ia dendangkan mengiringi perjalanannya. Tapi bukan bukan lagu yang ia nyanyikan melainkan hafalan mata kuliah yang sedang ia pelajari. Mungkin bagi orang ini rada aneh, tapi setiap orang punya cara sendiri untuk mengingat sesuatu, dan Akbar lebih suka menjadikannya lagu untuk memudahkannya dalam belajar.

Semangat Akbar untuk menimba ilmu patut dicontoh, semangatnya tidak pudar padahal ia telah disibukkan dengan pekerjaannya sebagai loper koran. Namun sayang hanya beberapa bulan Akbar kuliah, Ia harus keluar karena adiknya yang pertama hendak masuk SMP setelah dinyatakan lulus dalam ujian nasional tahun ini. Impian adiknya untuk sekolah disekolah negeri kandas karena kuota yang sudah terpenuhi, akhirnya dengan terpaksa Akbar harus merelakan kuliahnya demi adiknya. Namun Akbar tiada berkecil hati, ia yakin akan ada saatnya dimana kehidupan dia dan keluarganya akan berubah. Bila ia tidak dapat merubahnya maka adiknyalah yang akan membuat perubahan. Karena itu ia berjuang mati-matian demi sekolah adik-adiknya itu.

Para Pencari Beras

Mak Surti, begitu sapanya sehari-hari. Hari ini seperti biasa dia bersiap-siap untuk bekerja mencari dan menjemput Rizki dari Allah. Bukan di Kantor tentunya karena usianya sudah lebih dari 60 tahun, bukan pula berdagang dipasar tapi ia bersiap untuk menanti datangnya Truk-Truk pengangkut beras yang datang ke pasar Induk. Dengan berbekal plastik kresek dan topi lapuk untuk mengurangi sengatan panas matahari, ia pun berangkat dengan berjalan walau kakinya sudah tidak kuat lagi seperti dulu.

Dalam perjalanan Mak Surti bertemu rekan sejawatnya yang juga sudah lanjut yaitu Mbok Pinah. Mereka sering bertemu, malah hampir tiap hari karena tempat kerja mereka yang sama yaitu di pasar Induk. Sesampainya di pasar Induk sambil menunggu Truk Beras yang datang mereka pun masih sempat bercanda dan mengobrolkan tentang cucu-cucu dan anak-anak mereka yang entah pada kemana. Yang mereka berdua ingat hanyalah anak mereka pergi merantau ke luar pulau dan tak kunjung kembali. Dan kini tinggallah nenek-nenek yang sudah Uzur itu tinggal sendiri bertemankan tikus, kecoa dan cicak yang kadang berkunjung ke Gubug mereka.

Tak lama kemudian Truk Beras pun datang, dengan semangat Mak Surti dan Mbok Pinah berdiri dan berkata degnan lantang “Terus-terus………..kiri dikit……maju dikit Peeerrr, Balas…….Stop” sampai aku tak percaya kalau didalam tubuh yang tua itu masih berkobar semangat yang begitu besar. Tapi tunggu dulu mereka bukan tukang parkir pasar, kita lihat saja apa yang akan mereka lakukan nanti. Tak lama kemudian buruh-buruh panggulpun berdatangan mengangkut tiap karung beras yang mungkin kalo dihitung lebih dari 300 karung. Gancu-gancu merekapun menerjang tiap karung beras itu, dan percikan beras yang keluar karena karung yang robek pun tak bisa dihindarkan. Tampak Mak Surti dan Mbok Pinah duduk manis sambil berharap mereka segera kelar.

Lalu lalang para buruh panggul tak dihiraukan mereka, mata mereka justru tertuju pada tiap butir beras yang terjatuh ke tanah dan lantai koperasi pasar tempat beras itu dikumpulkan sebelum dijual lagi kepara anggota yang tak lain adalah pedagang dipasar itu. Sopri Truk tampak menghampiri mereka, sang sopir nampak menawari minuman kepada Kedua Nenek itu. Jangan heran kalo Sopir itu kenal betul dengan mereka karena mereka di Pasar itu sudah hampir 15 tahun. Bahkan bisa dibilang semua Sopir Truk beras kenal dengan mereka, kecuali Sopir yang masih baru ke Pasar itu. Tanpa ragu Mak Surti dan Mbok Pinah pun menerima minuman yang disodorkan oleh Sopir dan berterimakasih.

Tak lama kemudian, salah seorang kuli panggul memanggil Mak Surti dan Mbok Pinah, ia berkata :”Mak…….Dah selesai.” Tanpa dikomandoi mereka berdua langsung menuju ke Truk beras itu dan mengais tiap butir beras yang tercecer. satu persatu butir dikumpulkan dan dimasukkan ke plastik kresek yang mereka bawa. Sang Sopir dengan Iba memperhatikan dan sesekali mengelur dadanya melihat nasib tragis kedua nenek-nenek itu, namun keduanya tetap tegar tak pernah mengupat pada nasib mereka. Tak lama kemudian butir-butir beras telah habis mereka kumpulkan. Mereka pun turun dari Truk walau dengan susah payah sama seperti ketika naik. Terkadang ada buruh/kuli panggul yang mengangkat dan menurunkan mereka tapi sepertinya hari ini ia tidak terlihat.

Sesampainya dibawah mereka menghampiri Sopir yang masih beristirahat sambil minum es teh dan beberapa gorengan disampingnya. Sebelum Keduanya menyapa Sopir, Sopir tersebut justru bertanya :”Dah selesai Nek?”tanya sang Sopir. Mereka pun dengan lega dan perasaan yang senang berkata :”Udah…..tinggal yang didepan koperasi, tapi nanti saja kalo yang disana.Lagi rame.” sahut Mak Surti. Mereka pun duduk kembali disamping Sopir dan meminum kembali es teh yang tadi diberikan Sopir untuk mereka.

Setelah agak sepi, mereka beralih kedepang koperasi mengumpulkan sisa beras yang berserakan tak karuan disana. Begitu terus setiap hari yang mereka berdua lakukan hingga senjamulai menyingsing, mereka baru beranjak dari Pasar menuju gubug mereka untuk melepas lelah dan bersiap memulai hari yang baru esok hari dengan harapan BUTIR BERAS YANG MEREKA DAPAT LEBIH BANYAK DARI HARI INI.

” Di disetiap Rizki yang kau dapat ada hak fakir miskin, orang-orang yang terbelit hutang, janda-janda yang jompo, anak yatim yang kelaparan ”

” Orang Kaya beribadah dengan Hartanya, Orang Miskin beribadah dengan Kesabarannya”

Semoga bermanfaat. Allahu’alam

islamkucinta.blogspot.com

Cerita Si Azzam

Azzam, Begitu ia dipanggil. Nama aslinya Muhammad Zainudin Iskandar. Lahir dari keluarga yang serba kekurangan, namun Ayah selalu bilang padanya waktu ia masih kecil : “Suatu saat nanti kita akan terbebas dari kemiskinan dan kita akan menjadi berkecukupan, asalkan kita terus Ikhtiar dan berdo’a pada Allah dan mencari Rizki dengan cara yang Halal” Memang walau dari keluarga kurang mampu ayahnya selalu bersyukur dan tetap ikhtiar untuk merubah keadaannya, hanya saja beberapa faktor membuat ikhtiarnya seperti berjalan ditempat.

Azzam sejak kecil sudah terbiasa bekerja keras dan hidup susah, karena itu mentalnya sudah terbentuk oleh kerasnya hidup yang harus ia dan keluarganya lalui. Sejak duduk di bangku SD ia sudah terbiasa dimarahi guru gara-gara telat masuk sekolah, karena sebelum ia berangkat ke sekolah ia harus membantu ibunya membawa kue ke pasar. Ia selalu yakin dengan apa yang dikatakan ayahnya bahwa bila kita mau berikhtiar pasti Allah akan memberi jalan.

Memasuki SMP ia harus berjuang lebih keras lagi, walau sekarang tidak lagi ikut membawa kue ke pasar bersama ibunya, ia kini harus bertarung dan balapan dengan waktu agar tidak terlambat ke sekolah. Maklum ia mendapat beasiswa dari sekolah tersebut atas usulan dari Kepala Sekolahnya sesama di SD, karena Beliau tahu Azzam itu anaknya pintar namun kurang beruntung saja. Di SMP , terlambat 10 menit saja maka murid harus pulang kembali kerumahnya dan tidak boleh masuk ke Sekolah. Alhamdulillah, selama di SMP ikhtiar Azzam untuk tidak terlambat tidaklah sia-sia. Ia masuk dalam daftar murid yang lulus dengan nilai terbaik. Setidaknya ia masuk dalam 10 besar paralel, tepatnya di peringkat ke 3.

Melihat prestasi Azzam, orang tuanya sangat bangga sekaligus bingung. Mereka tahu kalau Azzam itu punya minat belajar yang tinggi sehingga sangat sayang jika ia tidak melanjutkan ke SMA. Namun orang tuanya bingung karena mereka tidak mampu membayar biaya masuk ke SMA yang nilainya saat itu 250.000 rupiah. Beruntunglah ada gurunya yang tahu tentang keadaan ekonomi keluarga Azzam dan Belilau tahu tentang prestasi Azzam karena
Guru itu adalah Wali Kelasnya sendiri. Akhirnya dari pihak SMP atas usul dari Wali Kelasnya memberikan rekomendasi keringanan biaya, dan Alhamdulillah dari pihak SMA setuju untuk menerima Azzam.

Walau bukan di SMA favorit tapi Azzam sangat bangga dan bersyukur karena ia masih dapat bersekolah dan merangkai cita-citanya untuk menjadi seorang Wira Usaha. Dari SMA yang tidak foavorit itu, Azzam didaulat untuk ikut Olympiade Kimia tingkat Kabupaten. Disana ia bertemu teman-teman dari sekolah yang lebih unggul namun ia justru tertantang untuk mengalahkan mereka bukannya malah minder. Dalam Olympiade Kimia itu Azzam hanya bisa menjadi juara 3 dan gugur harapannya untuk bisa mewakili Kabupatennya di ajang Olympiade tingkat Propinsi, karena hanya diambil 2 orang saja sebagai wakil kabupaten untuk tiap mata pelajaran.

Wal hasil setelah lulus dari SMA itu Azzam mulai bingung memikirkan kelanjutan studinya karena sekolahnya itu tidak mau memberinya Rekomendasi untuk meraih beasiswa SPMB. Akhirnya Pendidikan Azzam terbengkalai dan ia kini membantu ayahnya mengantarkan koran dari satu rumah ke rumah lainnya. Namun dalam hatinya masih terbersit keinginan untuk bisa kuliah. Setelah sekitar 1 tahun ia membantu ayahnya menjadi loper koran, ia mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan lebih menjanjikan masa depan. Ia diterima bekerja di sebuah Mini Market sebagai staff gudang. Hari demi hari karena prestasinya lebih dibanding teman-teman seangkatannya, dan karena kepala gudang yang lama mendadak berhenti maka diangkatlah Azzam menjadi kepala gudang yang baru di mini market itu. Saat itu gajinya 750.000 per bulan sebagai kepala gudang hanya terpaut 150.000 dari staff biasa.

Tapi posisi sebagai kepala gudang hanya dilakoninya selama 6 bulan saja kerena ia tersandung masalah yang lumayan serius. Barang digudangnya hilang, tak tanggung-tanggung yang hilang adalah barang yang mempunyai nilai jual yang tinggi jumlahnya pun tidak sedikit. Wal hasil Azzam pun di pecat dari Mini Market itu dan kembali jadi Loper Koran untuk membantu keluarganya. Maklumlah ia anak pertama dan satu-satunya anak laki-laki dikeluarganya. Adiknya masih duduk di SMP dan masih butuh banyak biaya, sehingga tak mungkin baginya untuk punya banyak pilihan dan menganggur.

Sekitar 4 bulan dari ia di pecat, ada seorang temannya mengajaknya untuk merantau ke Ibu Kota dan bekerja bersamanya sebagai pelayan toko. Ia pun mengatakan perihal itu pada ayah dan ibunya, hanya saja sambutan ibunya kurang setuju. Ayahnya sich setuju aja, buat dirinya mencari pengalaman hidup. Akhirnya setelah dibujuk oleh ayahnya, ibunya setuju dan mengijinkan Azzam untuk hijrah ke Ibukota.

Disana ia bekerja dengan seorang pedagang dari Jawa, dan ia tinggal di toko itu bersama kedua temannya. Sesekali ia diajak oleh Majikannya ikut belanja ke distributor dan kadang juga temannya yang diajak. Di toko itu ia belajar banyak hal tentang cara berdagang, berinteraksi dengan pembeli dan menyenangkan hati pembeli. Setelah Empat tahun bekerja pada tuan yang sama, membuat Azzam merasa bosan, ia coba mencari-cari informasi tentang lowongan pekerjaan ditempat lain. Namun tak sampai mendapatkan pekerjaan baru, tuannya justru mendaulatnya menjadi menantu dan dianugrahi Putri tuannya yang bisa dibilang paling cantik diantara yang lain ( karena yang itu cowok semua, edr)

Setelah ditimbang dan dipikirkan dengan matang akhirnya, permintaan tuannya itu tidak dapat ia kabulkan. Dan justru tak lama kemudian ia justru menikah dengan wanita dari keluarga sederhana di kampung halamannya. Setelah berkeluarga, Azzam mulai memutar otak mengakali kebutuhan hidup yang saling tumpang tindih antara ia, istrinya dan keluarganya. Wal hasil, ia pun menyuruh istrinya untuk berjualan di pasar, disamping toko tempatnya bekerja. Walau sudah ditolak lamarannya oleh Azzam, namun tuannya tidak memecatnya jadi ia masih bisa bekerja disana, malahan hubungan mereka semakin akrab. Karena Istrinya itu menjadi teman curhat dari anak tuannya yang hendak dijodohkan dengan Azzam.

Setelah 5 tahun berlalu, usaha istrinya itu pun sudah menunjukkan hasil. Ia kini sudah tidak lagi berjualan di samping toko lagi tapi sudah mengontrak lapak di pasar. Akhirnya karena dirasa modal sudah terkumpul dan adiknya sudah bekerja di kampung maka Azzam pun memberanikan diri untuk memperluas usahanya dengan mengontrak toko yang sekaligus dijadikan sebagai rumahnya. Dengan dukungan dari tuannya yang lama (Azzam menjadikan tuannya supplayer di tokonya) usahanya pun berkembang dan akhirnya ia tidak lagi mengontak melainkan membeli toko kecil itu.

Hingga akhirnya dengan semakin berkembangnya toko milik tuannya, tokonya pun semakin berkembang dan sekarang ia sudah dapat memperbesar tokonya dan memberi ruang lebih untuk anak-anaknya bermain. Ia pun sekarang tak perlu bingung masalah biaya sekolah yang dulu selalu membuatnya was-was. Dan kini Ayah dan Ibunya pun sudah mendapatkan tempat tinggal yang layak hasil patungannya dengan adiknya. Dan sekarang setiap 2 bulan Azzam dan keluarga pulang ke kampung halaman untuk menjenguk Orang tuanya dengan Mobil pick up sederhana hasil keringat dia dan istrinya.

Semoga dapat diambil manfaat, dan di teladani.

Do’a Azzam(ketika masa sekolahnya) kepada Allah ” Ya Allah Mudahkanlah segala jalanku, mudakanlah jalan ilmuku, mudahkanlah urusanku dan mudahkanlah jalan rizkiku. Mudahkanlah jodohku, mudahkanlah mautku dan jadikanlah aku salah seorang diantara hamba-Mu yang engkau mudahkan hisabnya.Amiin”

Allahu ‘alam

islamkucinta.blogspot.com